Syariat Islam yang sempurna mengajarkan kaum muslimin untuk selalu meningkatkan kecintaan terhadap saudara semuslim, mengeratkan persaudaraan dan kasih sayang. Untuk mewujudkan hubungan persaudaraan dan kasih sayang ini, maka syariat Islam memerintahkan penganutnya untuk menyebarkan salam.
Memberi salam merupakan syiar Islam yang sangat besar dan penting. Namun begitu budaya memberi salam semakin pupus pada masa kini petanda akhir zaman sebagaimana sabda Nabi saw :
“Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat apabila salam hanya ditujukan kepada orang yang telah dikenal.” (Sahih Riwayat Ahmad dan al-Tabarani).
Salam itu menunjukkan rendah diri seorang muslim, ia juga menunjukkan kecintaan kepada saudaranya yang lain. Salam menggambarkan akan kebersihan hatinya daripada dengki, dendam, kebencian, kesombongan dan rasa memandang rendah kepada orang lain. Salam merupakan hak kaum muslimin antara satu dengan lainnya, ia merupakan sebab tercapainya rasa saling mengenali, bertautnya hati dan bertambahnya rasa kasih sayang serta kecintaan. Ia juga merupakan sebab diperolehnya kebaikan dan sebab untuk seseorang masuk syurga. Menyebarkan salam adalah salah satu bentuk menghidupkan sunnah Nabi saw.
Bersabda Nabi saw: “Lima perkara yang wajib bagi seorang muslim ke atas saudaranya, menjawab salam, mendo’akan orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit dan menghantarkan jenazah.” (Imam Muslim).
Sebarkan salam adalah perintah Allah
Allah berfirman,
فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتاً فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُبَارَكَةً طَيِّبَةً
“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.” (An Nur: 61)
Syaikh Nashir As Sa’di berkata, “Firman-Nya: “Salam dari sisi Allah”, maksudnya Allah telah mensyariatkan salam bagi kalian dan menjadikannya sebagai penghormatan dan keberkahan yang terus berkembang dan bertambah. Adapun firman-Nya: “yang diberi berkat lagi baik”, maka hal tersebut karena salam termasuk kalimat yang baik dan dicintai Alloh. Dengan salam maka jiwa akan menjadi baik serta dapat mendatangkan rasa cinta.” (Lihat Taisir Karimir Rohman)
Perintah dari Nabi
Barra’ bin Azib berkata, “Rasulullah melarang dan memerintahkan kami dalam tujuh perkara: kami diperintah untuk mengiringi jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan menolong orang yang dizalimi, memperbagus pembagian, menjawab salam dan mendoakan orang yang bersin…” (Imam al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu Hajar Al Asqalani berkata, “Perintah menjawab salam maksudnya iaitu menyebarkan salam di antara manusia agar mereka menghidupkan syariatnya.” (Lihat Fathul Bari 11/23)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda yang ertinya :
“Kamu tidak akan masuk syurga sehinggalah kamu beriman. Dan tidaklah kamu beriman sehinggalah kamu saling menyayangi. Mahukah aku tunjukkan suatu amalan yang jika kamu kerjakan nescaya kamu akan saling menyayangi? Tebarkanlah salam di antara kamu.” (Imam Muslim)
Dari Abdullah bin Salam, Rasulullah bersabda yang ertinya, “Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam di antara kalian, berilah makan, sambunglah tali silaturahim dan solatlah ketika manusia tidur malam, nescaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (Sahih, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Etika Salam
Imran bin Husain berkata, “Ada seorang lelaki yang datang kepada Nabi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum. Maka nabi menjawabnya dan orang itu kemudian duduk. Nabi berkata, “Dia mendapat sepuluh pahala.” Kemudian datang orang yang lain mengucapkan Assalamu ‘alaikum warahmatullah. Maka Nabi menjawapnya dan berkata, “Dua puluh pahala baginya.” Kemudian ada yang datang lagi seraya mengucapkan Assalamu ’alaikum warahmatullahi wa barakatuh. Nabipun menjawabnya dan berkata, “Dia mendapat tiga puluh pahala.” (Sahih, Abu dawud, Tirmidzi dan Ahmad)
Dari hadits tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
Memulai salam hukumnya sunnah bagi setiap individu, berdasar pendapat terkuat.
Menjawab salam hukumnya wajib, berdasarkan kesepakatan para ulama.
Salam yang paling utama iaitu dengan mengucapkan Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barakatuh, kemudian Assalamu’alaikum warahmatullah dan yang terakhir Assalamu’alaikum.
Menjawab salam hendaknya dengan jawapan yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya serupa dengan orang yang mengucapkannya. Allah berfirman:
وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيباً
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (An Nisa: 86)
Disunnahkan berjabat tangan ketika memberi salam dan menghulurkan tangannya kepada saudaranya. Nabi saw bersabda : “Tidaklah bertemu dua orang muslim kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni dosanya sebelum berpisah”. (HR. Abu Dawud dan al-Tirmizi).
Dalam hadis lain Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Hendaknya orang yang berkenderaan memberi salam kepada yang berjalan. Yang berjalan kepada yang dduk yang sedikit kepada yang banyak.” ( Imam al-Bukhari dan Muslim). Dalam lafaz Bukhari, “Hendaklah yang muda kepada yang lebih tua.”
Disukai bagi seorang muslim yang akan masuk ke rumahnya, mengucapkan salam terlebih dahulu, kerana sesungguhnya berkah itu turun beserta salam, bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika engkau hendak masuk ke rumahmu, hendaklah engkau salam, nescaya berkah akan turun kepadamu dan keluargamu.” (Imam al-Tirmizi)
Semoga Allah membimbing kita semua ke jalan yang diredainya dan dapat mengamalkan sunnah Nabi saw yang sungguh besar keutamaannya ini.
No comments:
Post a Comment